BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Isu
yang banyak dibicarakan saat ini adalah krisis energy. Dimana energy yang biasa
yang dipakai yaitu energy minyak bumi mulai menipis, sehingga manusia mencari
sumber energy baru yang dapat di pakai oleh kehidupan manusia. Yang paling
potensial sebagai pengganti energy minyak bumi adalah energy nuklir. Energy
nuklir menjadi pembahasan kita dimana energy ini memiliki banyak manfaat tetapi
disisi lain energy nuklir ini memiliki dampak yang sangat serius jika dikelola dengan
sembarang.
B. Rumusan
masalah
Nuklir menjadi
pisau bermata dua. Sisi yang pertama adalah manusia sangat membutuhkan sumber
energy baru menggantikan energy minyak bumi. Dimana sisi yang lain nuklir
adalah sumber energy yang sangat menakutkan dimana efek radiasi yang
ditimbulkan sangat berdampak buruk terhadap lingkungan dan manusia.
C. Tujuan
penulisan
Penulisan ini
bertujuan untuk mengembangkan wawasan tentang nuklir dimana nuklir adalah
sumber energy paling potensial dan terus
dikembangkan diindonesia untuk menggantikan ketergantungan kita terhadap energy
minyak bumi.
Serta makalah
ini juga bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah ILMU SOSIAL DAN BUDAYA
DASAR (ISBD) program studi FAKULTAS
KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP) BIOLOGI, UNIVERSITAS WIRALODRA INDRAMAYU.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
NUKLIR
Fisi Nuklir
Secara umum, energi nuklir dapat dihasilkan melalui dua
macam mekanisme, yaitu pembelahan inti atau reaksi fisi dan penggabungan
beberapa inti melalui reaksi fusi. Di sini akan dibahas salah satu mekanisme
produksi energi nuklir, yaitu reaksi fisi nuklir.
Sebuah inti berat yang ditumbuk oleh partikel (misalnya
neutron) dapat membelah menjadi dua inti yang lebih ringan dan beberapa
partikel lain. Mekanisme semacam ini disebut pembelahan inti atau fisi nuklir.
Contoh reaksi fisi adalah uranium.
reaksi fisi
uranium seperti di atas menghasilkan neutron selain dua buah inti atom yang
lebih ringan. Neutron ini dapat menumbuk (diserap) kembali oleh inti uranium
untuk membentuk reaksi fisi berikutnya. Mekanisme ini terus terjadi dalam waktu
yang sangat cepat membentuk reaksi berantai tak terkendali. Akibatnya, terjadi
pelepasan energi yang besar dalam waktu singkat. Mekanisme ini yang terjadi di
dalam bom nuklir yang menghasilkan ledakan yang dahsyat. Jadi, reaksi fisi
dapat membentuk reaksi berantai tak terkendali yang memiliki potensi daya ledak
yang dahsyat dan dapat dibuat dalam bentuk bom nuklir.
Dibandingkan
dibentuk dalam bentuk bom nuklir, pelepasan energi yang dihasilkan melalui reaksi
fisi dapat dimanfaatkan untuk hal-hal yang lebih berguna. Untuk itu, reaksi
berantai yang terjadi dalam reaksi fisi harus dibuat lebih terkendali. Usaha
ini bisa dilakukan di dalam sebuah reaktor nuklir. Reaksi berantai terkendali
dapat diusahakan berlangsung di dalam reaktor yang terjamin keamanannya dan
energi yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk keperluan yang lebih berguna,
misalnya untuk penelitian dan untuk membangkitkan listrik.
Di dalam reaksi
fisi yang terkendali, jumlah neutron dibatasi sehingga hanya satu neutron saja
yang akan diserap untuk pembelahan inti berikutnya. Dengan mekanisme ini,
diperoleh reaksi berantai terkendali yang energi yang dihasilkannya dapat
dimanfaatkan untuk keperluan yang berguna.
Reaktor Nuklir
Energi yang dihasilkan dalam reaksi fisi nuklir dapat
dimanfaatkan untuk keperluan yang berguna. Untuk itu, reaksi fisi harus
berlangsung secara terkendali di dalam sebuah reaktor nuklir. Sebuah reaktor
nuklir paling tidak memiliki empat komponen dasar, yaitu elemen bahan bakar,
moderator neutron, batang kendali, dan perisai beton.
Elemen bahan bakar menyediakan sumber inti atom yang akan
mengalami fusi nuklir. Bahan yang biasa digunakan sebagai bahan bakar adalah
uranium U. elemen bahan bakar dapat berbentuk batang yang ditempatkan di dalam
teras reaktor.
Neutron-neutron yang dihasilkan dalam fisi uranium berada
dalam kelajuan yang cukup tinggi. Adapun, neutron yang memungkinkan terjadinya
fisi nuklir adalah neutron lambat sehingga diperlukan material yang dapat
memperlambat kelajuan neutron ini. Fungsi ini dijalankan oleh moderator neutron
yang umumnya berupa air. Jadi, di dalam teras reaktor terdapat air sebagai
moderator yang berfungsi memperlambat kelajuan neutron karena neutron akan
kehilangan sebagian energinya saat bertumbukan dengan molekul-molekul air.
Fungsi
pengendalian jumlah neutron yang dapat menghasilkan fisi nuklir dalam reaksi
berantai dilakukan oleh batang-batang kendali. Agar reaksi berantai yang
terjadi terkendali dimana hanya satu neutron saja yang diserap untuk memicu
fisi nuklir berikutnya, digunakan bahan yang dapat menyerap neutron-neutron di
dalam teras reaktor. Bahan seperti boron atau kadmium sering digunakan sebagai
batang kendali karena efektif dalam menyerap neutron.
Batang kendali
didesain sedemikian rupa agar secara otomatis dapat keluar-masuk teras reaktor.
Jika jumlah neutron di dalam teras reaktor melebihi jumlah yang diizinkan
(kondisi kritis), maka batang kendali dimasukkan ke dalam teras reaktor untuk
menyerap sebagian neutron agar tercapai kondisi kritis. Batang kendali akan
dikeluarkan dari teras reaktor jika jumlah neutron di bawah kondisi kritis
(kekurangan neutron), untuk mengembalikan kondisi ke kondisi kritis yang
diizinkan.
Radiasi yang
dihasilkan dalam proses pembelahan inti atom atau fisi nuklir dapat
membahayakan lingkungan di sekitar reaktor. Diperlukan sebuah pelindung di
sekeliling reaktor nuklir agar radiasi dari zat radioaktif di dalam reaktor
tidak menyebar ke lingkungan di sekitar reaktor. Fungsi ini dilakukan oleh
perisai beton yang dibuat mengelilingi teras reaktor. Beton diketahui sangat
efektif menyerap sinar hasil radiasi zat radioaktif sehingga digunakan sebagai
bahan perisai.
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
Energi yang dihasilkan dari reaksi fisi nuklir terkendali di
dalam reaktor nuklir dapat dimanfaatkan untuk membangkitkan listrik. Instalasi
pembangkitan energi listrik semacam ini dikenal sebagai pembangkit listrik
tenaga nuklir (PLTN).
Salah satu bentuk reaktor nuklir adalah reaktor air
bertekanan (pressurized water reactor/PWR) yang skemanya ditunjukkan
dalam gambar. Energi yang dihasilkan di dalam reaktor nuklir berupa kalor atau
panas yang dihasilkan oleh batang-batang bahan bakar. Kalor atau panas
dialirkan keluar dari teras reaktor bersama air menuju alat penukar panas (heat
exchanger). Di sini uap panas dipisahkan dari air dan dialirkan menuju turbin
untuk menggerakkan turbin menghasilkan listrik, sedangkan air didinginkan dan
dipompa kembali menuju reaktor. Uap air dingin yang mengalir keluar setelah
melewati turbin dipompa kembali ke dalam reaktor.
Untuk menjaga agar air di dalam reaktor (yang berada pada
suhu 300oC) tidak mendidih (air mendidih pada suhu 100oC
dan tekanan 1 atm), air dijaga dalam tekanan tinggi sebesar 160 atm. Tidak
heran jika reaktor ini dinamakan reaktor air bertekanan
B.
DAMPAK
NUKLIR
1. FUKUSHIMA
JEPANG
Pemerintah
jepang untuk kedua kali nya berurusan dengan energy nuklir. Yang pertama ledakan
bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, jepang saat berkecamuk perang dunia II yang
menewaskan sekitar 220.000 orang.
Nuklir telah digunakan hanya dua kali dalam pertempuran -
semasa Perang Dunia II oleh Amerika
Serikat terhadap
kota-kota Jepang, Hiroshima dan Nagasaki.Pada masa itu daya ledak bom nuklir yg dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki sebesar 20 kilo (ribuan) ton TNT.
Sedangkan bom nuklir sekarang ini berdaya ledak lebih dari 70 mega
(jutaan) ton TNT
Kedua adalah
yang belum lama ini pemerintah jepang masih menangani kebocoran PLTN di
FUKUSHIMA yaitu kebocoran dialami pada
reactor ketiga PLTN tersebut. Yang diakibatkan bencana Gempa dan Tsunami.
kecelakaan ini
mengakibatkan rusaknya gedung reaktor, kolam penurun tekanan (suppression
pool) dan kebakaran pada gedung reaktor yang berfungsi untuk menyimpan
bahan bakar bekas.
Ledakan yang
terjadi adalah gas hidrogen yang terakumulasi akibat reaksi air dengan
selongsong bahan bakar pada suhu tinggi. Namun pengungkung reaktor masih
terjaga integritasnya dan mampu menahan bahan bakar nuklir. Selain itu,
pengkungkung ini juga menjaga agar zat radioaktif yang keluar ke lingkungan,
minimal.
Pemerintah
Jepang memutuskan radius aman evakuasi sejauh 20 kilometer (km) dari PLTN dan
mengimbau warganya yang berada antara 20-30 km untuk tetap tinggal di rumah.
Kecelakaan ini tidak sampai mengakibatkan dampak yang lebih serius seperti
kejadian Chernobyl maupun Three Mile Island. Pemerintah Jepang saat ini
mengatakan, beberapa bahan bakar rusak. Namun, belum ada keterangan resmi apakah
telah terjadi pelelehan bahan bakar.
Dosis radiasi
terukur saat ini adalah 400.000 mikroSv/jam di daerah yang berdekatan dengan
reaktor Fukushima yang dapat mengganggu kesehatan tubuh. Saat ini dosis terukur
di Tokyo yang jaraknya sekitar 300 km adalah 0.147 mikroSv/jam (maksimum)
dengan rata-rata 0,049 mikroSv/jam.
Sedangkan dosis
aman untuk penduduk adalah 1000 mikroSv/tahun. Sebagai perbandingan dosis
radiasi untuk sekali rontgen adalah 600 mikroSv.
2. CHERNOBYL
Tanggal
26 April 1986, 22 tahun lalu, pukul 01.23 terjadi ledakan pada Unit 4
PLTN Chernobyl. peristiwa Chernobyl yang termasuk kecelakaan terbesar pada PLTN
selama kurang lebih 60 tahun. Berbagai media cetak dan elektronik sejagat
memberitakan tragedi itu secara beragam baik yang bersifat normatif, emosional,
ataupun bombastis.
Trauma
yang melanda masyarakat di lokasi kejadian dan sekitarnya akibat peristiwa
Chernobyl menjadikan setiap tanggal 26 April pukul 01.23 lonceng
berdentang-dentang di Ukraina. Walaupun malam telah larut dan udara dingin,
namun warga tetap terjaga. Mereka meletakkan bunga dan lilin di monumen korban
bencana Chernobyl.
Upacara
yang sama digelar di Slavutych, Rusia, kota yang didirikan untuk menampung para
pekerja Reaktor Chernobyl. Upacara juga diperingati di negara tetangga Ukraina,
yaitu Belarus, yang ikut menderita akibat bencana Chernobyl.
PENYEBAB
KECELAKAAN
Reaktor
Chernobyl jenis RBMK didirikan di atas tanah rawa di sebelah utara Ukraina,
sekitar 80 mil sebelah utara Kiev. Reaktor unit 1 mulai beroperasi pada 1977,
unit 2 pada 1978, unit 3 pada 1981, dan unit 4 pada 1983. Sebuah kota kecil,
Pripyat, dibangun dekat PLTN Chernobyl untuk tempat tinggal pekerja pembangkit
itu dan keluarganya.
Tipe
PLTN Chernobyl dirancang untuk menghasilkan “plutonium” guna pembuatan senjata
nuklir serta listrik. Tipe PLTN berfungsi ganda seperti ini tidak ada di
negara-negara Barat, seperti, AS dan Prancis, yang merupakan negara pioner PLTN
di samping Uni Soviet (pada waktu itu) sebagai pioner pertama.
Secara
garis besar, bencana Chernobyl dapat dijelaskan sebagai berikut. Pada 25 April
1986 reaktor unit 4 direncanakan dipadamkan untuk perawatan rutin. Selama
pemadaman berlangsung, teknisi akan melakukan tes untuk menentukan apakah pada
kasus reaktor kehilangan daya turbin dapat menghasilkan energi yang cukup untuk
membuat sistem pendingin tetap bekerja sampai generator kembali beroperasi.
Proses
pemadaman dan tes dimulai pukul 01.00 pada 25 April. Untuk mendapatkan hasil
akurat, operator memilih mematikan beberapa sistem keselamatan, yang kemudian
pilihan ini yang membawa malapetaka. Pada pertengahan tes, pemadaman harus
ditunda selama sembilan jam akibat peningkatan permintaan daya di Kiev. Proses
pemadaman dan tes dilanjutkan kembali pada pukul 23.10 25 April. Pada pukul 01.00,
26 April, daya reaktor menurun tajam, menyebabkan reaktor berada pada situasi
yang membahayakan. Operator
berusaha
mengompensasi rendahnya daya, tetapi reaktor menjadi tak terkendali. Jika
sistem keselamatan tetap aktif, operator dapat menangani masalah, namun mereka
tidak dapat melakukannya dan akhirnya reaktor meledak pada pukul 01.30.
Kecelakaan
PLTN Chernobyl masuk level ke-7 (level paling atas) yang disebut major
accident, sesuai dengan kriteria yang ditentukan INES (The International
Nuclear Event Scale). Di samping kesalahan operator yang mengoperasikannya di
luar SOP (standard operation procedure), PLTN Chernobyl juga tidak
memenuhi standar desain sebagaimana yang ditentukan oleh IAEA (International
Atomic Energy Agency). PLTN Chernobyl tidak mempunyai
kungkungan reaktor sebagai salah satu persyaratan untuk menjamin keselamatan
jika terjadi kebocoran radiasi dari reaktor. Apabila PLTN Chernobyl memiliki
kungkungan maka walaupun terjadi ledakan kemungkinan radiasi tidak akan keluar
ke mana-mana, tetapi terlindung oleh kungkungan. Atau bila terjadi kebocoran
tidak separah dibandingkan dengan tidak memiliki kungkungan.
Secara
perinci, kecelakaan itu disebabkan,
pertama,
desain reaktor, yakni tidak stabil pada daya rendah - daya reaktor bisa naik
cepat tanpa dapat dikendalikan. Tidak mempunyai kungkungan reaktor (containment).
Akibatnya, setiap kebocoran radiasi dari reaktor langsung ke udara.
Kedua,
pelanggaran prosedur. Ketika pekerjaan tes dilakukan hanya
delapan batang kendali reaktor yang dipakai, yang semestinya minimal 30, agar
reaktor tetap terkontrol. Sistem pendingin darurat reaktor dimatikan. Tes
dilakukan tanpa memberitahukan kepada petugas yang bertanggung jawab terhadap
operasi reaktor.
Ketiga,
budaya keselamatan. Pengusaha instalasi tidak memiliki budaya
keselamatan, tidak mampu memperbaiki kelemahan desain yang sudah diketahui
sebelum kecelakaan terjadi.
Penilaian
atas berbagai kelemahan PLTN Chernobyl menghasilkan evaluasi internasional
bahwa jenis kecelakaan seperti ini tidak akan mungkin terjadi pada jenis
reaktor komersial lainnya. Evaluasi ini ditetapkan demikian karena mungkin
berdasarkan analisis jenis reaktor lain yang memenuhi persyaratan keselamatan
yang tinggi, termasuk budaya keselamatan yang dimiliki para operator sangat
tinggi.
DAMPAK KECELAKAAN
Pada 2003,
IAEA membentuk “Forum Chernobyl” bekerja sama dengan organisasi PBB lainnya,
seperti WHO, UNDP, ENEP, UN-OCHA, UN-SCEAR, Bank Dunia dan ketiga pemerintahan
Belarusia, Ukraina, dan Rusia. Forum ini bekerja untuk menjawab pertanyaan,
“sejauh mana dampak kecelakaan ini terhadap kesehatan, lingkungan hidup dan
sosial ekonomi kawasan beserta penduduknya.” Laporan ini diberi nama “Cherno-
byl Legacy”.
Diperkirakan
semula dampak fisik akan begitu dahsyat. Artinya, akan menimbulkan korban jiwa
yang luar biasa banyaknya. Namun, ternyata data sampai dengan 2006, jumlah
korban yang meninggal 56 orang, di mana 28 orang (para likuidator terdiri dari
staf PLTN, tenaga konstruksi, dan pemadam kebakaran) meninggal pada 3 bulan
pertama setelah kecelakaan, 19 orang meninggal 8 tahun kemudian, dan 9 anak
lainnya meninggal karena kanker kelenjar gondok.
Sebanyak 350.000
likuidator yang terlibat dalam proses pembersihan daerah PLTN yang kena
bencana, serta 5 juta orang yang saat itu tinggal di Belarusia, Ukraina, dan
Rusia, yang terkena kontaminasi zat radioaktif dan 100.000 di antaranya tinggal
di daerah yang dikategorikan sebagai daerah strict control, ternyata
mendapat radiasi seluruh badan sebanding dengan tingkat radiasi alam, serta
tidak ditemukan dampak terhadap kesuburan atau bentuk-bentuk anomali.
Di sisi lain,
hasil studi dan penelitian terhadap likuidator menunjukkan bahwa “tidak ada
korelasi langsung antara kenaikan jumlah penderita kanker dan jumlah kematian
per satuan waktu dengan paparan radiasi Chernobyl.
Kemudian pada
1992-2002 tercatat 4.000 kasus kanker kelenjar gondok yang terobservasi di
Belarusia, Ukraina, dan Rusia pada anak-anak dan remaja 0-18 tahun ketika
terjadi kecelakaan, termasuk 3.000 orang yang berusia 0-14 tahun. Selama
perawatan mereka yang kena kanker, di Belarusia meninggal delapan anak dan di
Rusia seorang anak. Yang lainnya selamat.
Berdasarkan
laporan “Chernobyl Lecacy”, sebagian besar daerah pemukiman yang semula
mendapat kontaminasi zat radioaktif karena kecelakaan PLTN Chernobyl telah
kembali ke tingkat radiasi latar, seperti sebelum terjadi kecelakaan. Dampak
psikologis adalah yang paling dahsyat, terutama trauma bagi mereka yang
mengalaminya seperti stres, depresi, dan gejala lainnya yang secara medis sulit
dijelaskan.
Akibat
kecelakaan itu, IAEA dan semua negara yang memiliki PLTN membangun konsensus
internasional untuk selalu menggalang dan memutakhirkan standar keselamatan. Di
sisi lain, pihak yang anti-PLTN telah menggunakan isu kecelakaan di Chernobyl
sebagai bahan kampanye untuk menolak kehadiran PLTN, termasuk di Indonesia,
dengan berbagai informasi yang keliru karena ketidaktahuan akan kebenaran
informasi sebab terjadinya kecelakaan Chernobyl.
Belajar dari
kecelakaan Chernobyl, IAEA telah menetapkan standar tambahan untuk memperkuat
syarat keselamatan yang tinggi bagi pembangunan dan pengoperasian PLTN, antara
lain, perbaikan desain sampai pada generasi ke-4, aturan main dalam bentuk basic
safety, dan berbagai konvensi keselamatan.
C.
NUKLIR
DI INDONESIA
1. SEJARAH
PERKEMBANGAN NUKLIR
Kegiatan pengembangan dan pengaplikasian teknologi nuklir di Indonesia
diawali dari pembentukan Panitia Negara untuk Penyelidikan Radioaktivitet tahun
1954. Panitia Negara tersebut mempunyai tugas melakukan penyelidikan terhadap
kemungkinan adanya jatuhan radioaktif dari uji coba senjata nuklir di lautan
Pasifik.
Dengan memperhatikan perkembangan pendayagunaan dan pemanfaatan tenaga
atom bagi kesejahteraan masyarakat, maka melalui Peraturan Pemerintah No. 65
tahun 1958, pada tanggal 5 Desember 1958 dibentuklah Dewan Tenaga Atom dan
Lembaga Tenaga Atom (LTA), yang kemudian disempurnakan menjadi Badan Tenaga
Atom Nasional (BATAN) berdasarkan UU No. 31 tahun 1964 tentang
Ketentuan-ketentuan Pokok Tenaga Atom. Selanjutnya setiap tanggal 5 Desember
yang merupakan tanggal bersejarah bagi perkembangan teknologi nuklir di
Indonesia dan ditetapkan sebagai hari jadi BATAN.
Sejarah nuklir indonesia dimulai pada tanggal 16 November 1964 ketika
ilmuwan-ilmuwan anak bangsa yang dipimpin Ir. Djali Ahimsa berhasil
menyeleseikan criticality-experiment terhadap reaktor nuklir pertama Triga Mark
II di Bandung. Pada keesokan harinya tertanggal 17 November 1964 Surat Kabar
Harian Karya memberitakan soal kedatangan abad nuklir di Indonesia. Kemudian
pada tanggal 18 November 1964 Radio Australia menumumkan bahwa “ Indonesia
mampu membuat reactor atom”.
Disusul dengan ulasan dua menit
oleh “stringer” AK Jacoby yang menulis : Indonesia masuk abad nuklir. Suatu hal
yang sungguh membanggakan bahwa di umurnya yang masih 19 tahun, Indonesia
berhasil melakukan apa yang negara - negara maju telah lakukan. Inilah bukti bahwa
bangsa kita adalah sejajar dengan bangsa lain.
Hari Sabtu, tanggal 20 Februari 1964 reaktor pertama dengan daya 250 kW
ini diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia pada waktu itu Ir.Soekarno.
Reaktor ini digunakan untuk keperluan pelatihan, riset, produksi radio isotop.
Pada perkembangan berikutnya, untuk lebih meningkatkan penguasaan di
bidang iptek nuklir, pada tahun 1965 diresmikan pengoperasian reaktor atom
pertama (Triga Mark II) di Bandung. Kemudian berturut-turut, dibangun pula
beberapa fasilitas litbangyasa yang tersebar di berbagai pusat penelitian,
antara lain Pusat Penelitian Tenaga Atom Pasar Jumat, Jakarta (1966), Pusat
Penelitian Tenaga Atom GAMA, Yogyakarta (1967), dan Reaktor Serba Guna 30 MW
(1987) disertai fasilitas penunjangnya, seperti: fabrikasi dan penelitian bahan
bakar, uji keselamatan reaktor, pengelolaan limbah radioaktifdanfasilitas
nuklir lainnya.
Sementara itu dengan perubahan paradigma pada
tahun 1997 ditetapkan UU No. 10 tentang ketenaganukliran yang diantaranya
mengatur pemisahan unsur pelaksana kegiatan pemanfaatan tenaga
nuklir(BATAN)dengan unsur pengawas tenaga nuklir (BAPETEN).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar